Laman

Minggu, 17 Mei 2009

3 Faktor Pembentuk Kepribadian

'Ali Karamallahu Wajhah pernah berkata :
  1. Jadilah manusia paling baik di sisi Allah
  2. Jadilah manusia paling buruk dalam pandangan dirimu
  3. Jadilah manusia biasa di hadapan orang lain
Syekh 'Abdul Qadir Jailani berkata : "Bila engkau bertemu dengan seseorang, hendaknya engkau memandang dia itu lebih utama daripada dirimu dan katakan dalam hatimu : "Boleh jadi dia lebih baik di sisi Allah daripada diriku ini dan lebih tinggi derajatnya."
Jika ada orang yang lebih kecil dan lebih muda umurnya daripada dirimu, maka katakanlah dalam hatimu : "Boleh jadi orang kecil ini tidak banyak berbuat dosa kepada Allah, sedangkan aku adalah orang yang telah banyak berbuat dosa, maka tidak diragukan lagi kalau derajat dirinya jauh lebih baik daripada aku."
Bila dia orang yang lebih tua, maka hendaknya engkau mengatakan dalam hati : "Orang ini lebih dahulu beribadah kepada Allah daripada diriku."
Jika ada orang yang 'Alim, maka katakan dalam hatimu :"Orang ini telah diberi oleh Allah sesuatu yang tidak bisa aku raih, telah mendapatkan apa yang tidak bisa aku dapatkan, telah mengetahui apa yang tidak aku ketahui, dan telah mengamalkan ilmunya."
Bila dia orang yang bodoh, maka katakan dalam hatimu :"Orang ini durkaha kepada Allah karena kebodohannya, sedangkan aku durhaka kepada-Nya, padahal aku mengetahuinya. Aku tidak tahu dengan apa umurku akan Allah akhiri atau dengan apa umur orang bodoh itu akan Allah akhiri (apakah dengan husnul khatimah atau dengan su'ul khatimah)."
Bila dia orang yang kafir, maka katakan dalam hatimu :"Aku tidak tahu bisa jadi dia akan masuk Islam, lalu menyudahi seluruh amalannya dengan amal shalih, dan bisa jadi aku terjerumus menjadi kafir, lalu menyudahi seluruh amalanku dengan amal yang buruk."
Dalam pandangan Islam semua manusia itu sama, tidak dibeda-bedakan karena status sosial, harta, tahta, keturunan, atau latar belakang pendidikannya. Manusia yang paling mulia derajatnya di sisi Allah adalah yang paling tinggi kadar ketaqwaannya di antara mereka. Oleh karena itu, sebagian ulama berdo'a dengan do'a berikut :
"Ya Allah, jadikanlah aku orang yang pandai bersabar dan bersyukur; jadikanlah aku seorang yang hina menurut pandangan diriku sendiri; dan jadikanlah aku orang yang besar menurut pandangan orang lain."

(Nashaihul Ibad)

Minggu, 10 Mei 2009

Sedikit Demi Sedikit Lama-lama Menjadi Bukit

Pepatah ini sederhana saja, "sedikit demi sedikit, lama-lama menjadi bukit". Kita biasa memakainya bila kita mengumpulkan rupiah demi rupiah, pada saatnya kita akan dapatkan berjuta-juta. Namun sesungguhnya, pepatah ini tak sekedar berbicara tentang hidup hemat, atau ketekunan menabung.

Pepatah ini menyiratkan tentang sesuatu yang lebih berharga dari sekedar sekantung keping uang, yaitu, bila kita mampu mengumpulkan kebaikan dalam setiap tindakan-tindakan kecil kita, mak kita akan dapati kebesaran dalam jiwa kita.

Bagaimanakah tindakan-tindakan kecil itu mencerminkan kebesaran jiwa pelakunya? Yaitu, bila disertai secercah kasih sayang di dalamnya, ucapan terima kasih, sesungging senyum, sapaan ramah, atau peluk persahabatan, adalah tindakan yang mungkin sepele saja. Namun dalam liputan kasih sayang, ia jauh lebih tinggi daripada bukit tabungan anda.

Sabtu, 09 Mei 2009

Harapan

Saat menginjak kegagalan
Dunia bagai terselubung malam
Semuanya nampak gulita
Seakan semua cahaya mati ditelannya

Sedangkan...
Mentari menanti di ujung malam
Dia akan menghapus kegelapan
Dia akan membuka semua mata
Dia membawa sejuta harapan

Sadarlah kawan
Tak perlu kau putus asa
Jalan masih panjang terbentang
Tuk menuju masa depan nan gemilang

Bangkitlah kawan
Kegagalan bukanlah akhir dari sebuah cerita
Tapi kegagalan
Adalah awal kesuksesan yang sesungguhnya
Dan tanpa kegagalan
Kita tak kan sadar
Saat keberhasilan menghampiri kita

Jumat, 01 Mei 2009

3 Hal Bagian dari 3 Hal Lainnya

Ada tiga hal yang merupakan bagian dari tiga hal yang lain, sebagaimana yang pernah dikatakan oleh sahabat Umar RA., di antaranya sebagai berikut.
  1. Bersikap simpatik terhadap orang lain, merupakan bagian dari kecerdasan akal.
  2. Bertanya dengan cara yang baik, merupakan bagian dari ilmu.
  3. Kepandaian mengatur, merupakan bagian dari penghidupan.


(Nashaihul Ibad)

Kamis, 30 April 2009

IBUKU PAHLAWANKU

Ibu,,,
Ibuku
Kau melahirkan aku
Dengan jerih payah
Dengan cucuran keringat
Kau ayunkan aku
Dengan kasih sayang
Dengan kemesraan abadi

Ibu,,,
Engkaulah pahlawanku
Yang berjuang di setiap waktu
Kini aku sudah dewasa
Mana,, mana,, mana,,
Tanda terimaku untukmu
Hanyalah limpahan doa di setiap waktu

CINTA

Pantaskah ku berkata cinta?
Hanya untuk seorang pemuda?
Padahal...
Yang Maha Pencipta
Pada-Nya seolah ku lupa
Kenapa???
Sungguh ku sarat dosa
Tak pantas buatku surga
Meski tak sanggup ku ke neraka

Ya Allah,,,
Ampuni hamba
Hamba yang nista
Nista dengan dosa
Dosa karena ku lupa
Lupa pada cinta
Cinta yang hanya tercipta
Tercipta buat Sang Pencipta



Ratna Sulis

Rabu, 29 April 2009

Perumpamaan Wanita

Wanita...
Ibarat air sungai, jika ia dibendung, maka ia menjadi keruh, kotor, sama sekali tak bermanfaat, namun jika ia dialirkan, ia menjadi jernih, menyejukkan, menyuburkan, diharapkan dan bermanfaat bagi semua.
Wanita akan didambakan keberadaannya, akan dibutuhkan kehadirannya, saat ia betul-betul mengalir seperti air, saat ia berani mengeluarkan seluruh potensi yang terpendam dalam dirinya. Dan sebaliknya, saat ia bagai air yang terbendung, saat ia tak punya keberanian untuk menunjukkan dirinya, ia tak berguna sama sekali, ia hanya akan mengotori, dibenci, dan dijauhi.

Rabu, 22 April 2009

Hakikat Wanita

Wanita adalah sesosok makhluk Allah yang keberadaannya kadang didambakan, namun kadang tak diharapkan sama sekali. Wanita pun kadang membuat pandangan menjadi sejuk, namun tak jarang, gara-gara wanita pula pandangan seseorang menjadi awal dari timbulnya berbagai fitnah dan kekejian.
Semuanya dapat dikembalikan pada Hakikat Wanita. Wanita diciptakan untuk menjadi pasangan kaum adam. Walaupun dalam kenyataannya, tak sedikit wanita yang menjadi pasangan dan pemuas bagi kaumnya sendiri. Semua itu terjadi akibat jarangnya wanita menyadari hakikat daripada penciptaan dirinya. Seandainya setiap wanita sadar akan hal itu, tentu kehidupan di dunia ini akan terasa lebih sejuk, tenteram, dan damai.